"Apa yang kau alami kini
Mungkin tak dapat engkau mengerti
Satu hal tanamkan di hati
Indah semua yang Tuhan b'ri
Tuhanmu tak akan memberi
Ular beracun pada yang minta roti
Cobaan yang engkau alami
Tak melebihi kekuatanmu
Tangan Tuhan sedang merenda
Suatu karya yang agung mulia
Saatnya kan tiba nanti
Kau lihat pelangi kasihNya"
Tahun 2014 ini dimulai dengan persiapan menuju Ujian Kompetensi Dokter Indonesia (UKDI). Sejak awal Januari sampai 15 februari, saya benar2 fokus untuk mempersiapkan diri menghadapi ujian yang menentukan apakah saya bisa menyandang gelar "dr." di depan nama saya. Setelah melaksanakan ujian 2 sesi pada tanggal 15 februari untuk ujian teori dan 22 februari untuk ujian praktik, beban belajar selama 6 tahun di jogja rasanya terlepas sudah. Lega. Dan masa-masa penantian pun dimulai.
Menurut jadwal, tanggal 6 maret adalah tanggal penentuan nilai standar kelulusan UKDI 2014. Standard setting ini diadakan tiap tahun setelah dilakukan UKDI februari (UKDI pertama tiap tahunnya) dan nilai standar untuk kelulusan tiap tahun ditentukan berdasarkan hasil ujian di bulan februari. Standar tahun 2013 adalah 62, berdasarkan prediksi beberapa dosen saya mungkin tahun 2014 ini maksimal menjadi 65. Prediksi dosen meleset, standar kelulusan tahun 2014 adalah 66, naik 4 poin dari tahun sebelumnya dan 2 nomer lebih banyak dari prediksi dosen saya. Grup PD08 FKUGM mulai ricuh, panik, takut tidak lulus. Saya deg2an sendiri di Tomohon.
Penantian mengenai kelulusan UKDI makin memuncak menjelang pengumuman online (seingat saya) 12 Maret. Saya masih di Tomohon, deg2an sendiri, sambil memantau perkembangan dari grup line angkatan dan grup whatsapp kelompok belajar. H-1 pengumuman online, muncul rumor beberapa orang dri UGM tidak lulus. Makin panik. Makin deg2an. Tapi, hati kecil ini berkata "you gave your all, mi. You've done your best. Even if the result tomorrow say that you fail, that's okay. Nothing to regret with it. Just deal with it, move on, study more for next exam." Ada benarnya juga. Selama 1.5 bulan belajar, mengulang segala macam soal, latihan OSCE, dan berbagai bentuk belajar kelompok rasanya saya memang sudah memberi yang terbaik. God will do the rest.
Penantian pertama tahun ini memberi hasil yang sangat baik. Saya LULUS. Lulus bukan lolos, nilai saya jauh diatas standar kelulusan. Praise God.
Penantian berlanjut kepada tanggal angkat sumpah dokter. Pihak fakultas mengatakan bahwa pelantikan dokter baru dapat dilaksanakan minimal 1 bulan setelah pengumuman kelulusan UKDI. Kami mempersiapkan segala berkas-berkas yang diperlukan dan ternyata masih tersandung masalah administrasi. Banyak teman termasuk saya dikatakan belum membayar SPP padahal kami sudah mengisi KRS dan membayar POTMA jadi tidak mungkin belum membayar SPP. Setelah ditinjau lebih jauh, karena perbedaan NIM saat S1 dan NIM saat koas, beberapa mahasiswa data pembayarannya masuk ke NIM S1 sedangkan yang dicek adalah NIM koas, jadilah banyak yang dikatakan belum bayar SPP padahal sudah. Masalah SPP ini baru muncul 1 minggu sebelum tanggal pelantikan dokter. Well, cukup membuat pusing anak-anak yang sedang liburan di luar jogja. Haha.
Tanggal 5 April 2014, kami dilantik sebagai dokter. Penantian kedua tahun inipun selesai.
Penantian berikutnya adalah penantian yang paling menguras tenaga, hati, dan pikiran (mulai agak lebay). Penantian sertifikat kompetensi, surat tanda registrasi, dan pemberangkatan internship.
Awalnya jika mengikuti pola tahun sebelumnya, lulusan UKDI Februari akan diberangkatkan pada bulan Mei sayangnya, ada masalah antar institusi diatas sana yang mengakibatkan kami tidak dapat berangkat bahkan UKDI kami dianggap tidak sah. Yep! Tidak sah! Sakit hati luar biasa. Hahahaha. Untungnya, setelah mediasi dan bantuan segenap dosen kami yang luar biasa dan perjuangan teman-teman ke kemenkes dan dikti (AIPKI), ujian kami tetap dianggap sah.
Kami mulai merasakan sulitnya birokrasi di masa transisi. Kami adalah angkatan pertama yang menggunakan sistem UKDI sebagai exit exam yang berarti jika tidak lulus UKDI maka akan dikembalikan ke fakultas untuk dibimbing lebih lanjut dan belum dapat dilantik sebagai dokter. Transisi sistem inilah yang dipermasalahkan sehingga sertifikat kompetensi kami tidak kunjung diterbitkan oleh K**I (salah satu kolegium dibawah I*I) padahal, sertifikat kompetensi (serkom) diperlukan untuk mengurus surat tanda registrasi (STR) di konsil kedokteran Indonesia (KKI), dan STR dibutuhkan untuk pemberangkatan internship.
Akhirnya, kami diberikan assessment tambahan dari K**I berupa take home essay 5 pertanyaan agar serkom kami dapat diterbitkan. Batas akhir pengumpulan assessment adalah 21 Mei 2014. Hasil assessment dijanjikan tanggal 6 Juni dan kenyataannya hasil assessment keluar pertengahan Juni secara bertahap di website I*I. Tak hanya sampai disitu, kami harus melakukan verifikasi dan validasi dengan menyertakan ijazah asli ke kantor I*I pada pertengahan Juli.
Akhirnya serkom kami terbit pada akhir Agustus.
Serkom asli dikirim ke alamat masing-masing, ada yang dikirim ke alamat korespondensi dan ada juga yang dikirim ke alamat asal. Milik saya? Dikirim ke alamat korespondensi di Jogja padahal saya di Jakarta dan pengurusan STR dilakukan di kantor KKI di Jakarta. Untungnya bagian K**I sudah mempersiapkan 1 lembar fotocopy berkas serkom setiap universitas sehingga memudahkan kami untuk dapat mengurus STR secara kolektif di KKI.
Setelah memasukkan 70an berkas lulusan UGM, tak disangka berkas saya malah bermasalah karena di surat keterangan sehat dari puskesmas tidak ada nomor SIP dokter yang memeriksa yang ada hanyalah nomor STR dokternya!!! Astaga!! Akhirnya saya kembali lagi ke kantor KKI untuk memberikan surat keterangan sehat yang lain, kali ini saya memastikan yang disertakan adalah nomor SIP. Karena berkas saya dianggap masuk terlambat daripada teman-teman yang lain dari UGM, saya mendapat nomor STR juga lebih lambat padahal nomor itu digunakan untuk membuat akun di website dokter internship.
Penantian berikutnya adalah menunggu STR fisik terbit dan dikirim ke kantor pos besar terdekat. Karena berkas saya lebih terlambat makan pengirimannya juga lebih lama dan sudah mendekati batas akhir peng-unggah-an STR fisik ke website internship. Saat teman-teman di grup heboh dengan STR yang tidak kunjung sampai, saya di Surabaya. Saya memang sudah meninggalkan surat kuasa dan fotokopi KTP untuk pengambilan surat di kantor pos untungnya usaha saya untuk meminta pak supir go show ke kantor pos 3 hari setelah info berkas dikirim (walaupun saya belum mendapat sms/surat dari kantor pos) ada hasilnya. Hari sabtu 13 september, saat supir saya tiba di kantor pos Jl. Pemuda, STR saya ada di tumpukan teratas, baru tiba, belum didata, tapi langsung boleh dibawa pulang. Haha.
Saya meminta kakak saya untuk scan, kirim via e-mail, saya unggah saat itu juga. Done!
Penantian berikutnya adalah pemilihan wahana internship. Portal combat. Dijadwalkan tanggal 20 september pk 01.00. Tanggal 19 september pk 22.00 muncul pengumuman diundur ke 20 september pk. 07.00. Okay.
20 september 09.30 saya memilih Luwuk, sulawesi tengah. Whatever will be, will be.
Penantian terakhir dari drama UKDI - internship: kapan berangkat?
Awalnya, muncul tanggal 6 oktober kemudian tanggal 20 oktober kemudian tanggal 11 oktober kemudian tanggal 1 oktober dan akhirnya pengumuman resi dari website dokter internship menyatakan bahwa propinsi Sulawesi Tengah berangkat 20-24 oktober. Berita terakhir dari penanggung jawab wilayah adalah 22 oktober. Yeay!
Finally, 22 oktober. Fixed date. Tapi sampai sekarang tiket belum dikirim ke e-mail saya. Haha.
Mungkin saat dibaca muncul kesan "ah biasa aja kali.." Yang mebuat tidak biasa adalah:
1. Tanggal-tanggal yang tercantum diatas biasanya diberitahukan 3 hari sampai 1 minggu sebelumnya. Hanya tanggal 22 oktober dan 5 april yang diberitahukan lebih dari 3 minggu sebelumnya.
2. Proses verval di Jakarta yg pemberitahuannya termasuk mendadak membuat banyak dari kami naik pesawat dan naik kereta dadakan jog-jkt. Terbayang harga tiketnya? Dan berkali-kali harus bolak-balik dengan tiket dadakan.
3. Karena banyak acara dadakan kami tidak bisa berlibur. 7 bulan "digantung". Tahu PHP kan? Bukan yg di ujungnya alamat website loh ya ".php"
4. Bisa kebayang susahnya jawab pertanyaan "Sudah lulus kan? sekarang dinas dimana?" Rasanya ingin sekali membuat leaflet biar gausah kasi penjelasan panjang lebar karena setelah dijelaskan juga paling muncul "oh, intinya pengangguran kan ya?" Yes! Saya dokter, saya pengangguran 7 bulan! 2 bulan lagi udah mau lahir nih anaknya..
Tapi........
7 bulan itu ga terlewatkan dengan sia-sia. Banyak hal baru yang saya dapatkan juga yang jelas ga saya dapat kalau bulan Mei saya sudah berangkat intership.
1. Saya jadi benar-benar paham ribetnya proses birokrasi di negri ini. Dari jalan sam ratulangi ke daerah cikini kemudian ke jalan hang jebat. Berputar-putar di 3 kantor ini berulang kali membuat saya tahu bahwa birokrasi itu memang tempatnya orang sabar. Untung saya hidup 6 tahun di Jogja, kesabaran saya sudah cukup terlatih :)
2. I got my diving lisence! Yeay! Walaupun course nya dikebut 1 minggu full nonstop. Astaganaga. Minggu depannya saya hibernasi. Teler.
3. I met new friends from MMF Malaysia. Satu minggu penuh sama-sama melayani di daerah pinggiran Jogja benar-benar berkesan :) melihat semangat dan sukacita mereka. Sama-sama menyentuh sakit fisik dan berusaha menyetuh hati orang-orang yang datang ke tempat pelayanan kesehatan gratis yang kami berikan.
4. Ikut pelatihan hiperkes (kesehatan dan keselamatan kerja) selama 1 minggu. Tidak ada yang buruk dari menambah ilmu kan?
5. Bisa menghadiri pernikahan teman-teman dan kakak KTB tercinta :) happy moments.
6. Bisa bertemu teman2 pelayanan yang baru di Jogja. Walaupun cuma sebentar tapi benar-benar berkesan.
7. Teman-teman baru karena ikut dive sama-sama. Such a blessing to meet them all.
8. Bisa mengunjungi opa-oma Adam dan keluarga di Surabaya. Opa terharu sekali waktu saya datang smpe meluk lama banget, nangis, ngomong dengan suara serak "opa kira sudah ndak bisa ketemu lagi".. Well,,
9. Bisa menghabiskan waktu 1 minggu dengan salah seorang anggota gankMay90: Maynard Poli dan share tentang kehidupan 18 tahun terakhir. Hahaha. Keliling Surabaya dan nostalgia masa kecil, wow!
10. The list endless
Tujuh bulan penuh penantian ini ternyata Tuhan isi dengan hal-hal yang membuat saya bertumbuh bukan secara keilmuan medis tapi pelajaran tentang kehidupan.
Thank you for everyone who makes my 7 months of waiting worth every second.
May time let us to cross our path again in the near future.
Penantian itu akan indah pada waktu Nya, selama masa penantian itu coba lihat sekeliling dan nikmati setiap detik yang diberikan.
Bukankah saat menunggu motor diservis di bengkel lebih enak sambil baca majalah yang disediakan daripada mengeluhkan berisiknya bunyi yang timbul dari mesin-mesin di bengkel?
May God bless your waiting time, lovely people!
Pengharapan itu adalah sauh yang kuat dan aman bagi jiwa kita
Ibrani 6:19a
Saturday, Oct 18th 2014 15:15
Jakarta